Pada saat saya composing cerita ini, Bumi dan Laras sedang tidur di samping saya. Titipan Tuhan yang paling indah ini hadir kedunia sebulan lebih cepat dari perkiraan, mungkin karena didalam perut sudah terlalu sempit. Hihihi.
27 September 2013.
Hari ini usia kehamilan saya 32 minggu 5 hari. Saya berangkat ke kantor seperti biasa. Sore harinya setelah capek bekerja, saya mengambil waktu senggang di lobi kantor dengan beberapa colleague sekedar berbagi cerita dan canda. Kali ini malah ada Mbak penjual kue yang mampir jadi sekalian deh ngobrol ngalor ngidul sambil makan somay, klapertaart dan makaroni schotel dagangan si Mbak penjual kue. Hehehe, banyak amat yang dimakan. Ya iyalah saya kan lagi hamil, kembar pulak. Jadi harus makan banyak. Alasann....*grin*.
Saat ngobrol ngobrol , saya merasakan kejadian yang saya rasakan sebulan lalu dimana pada saat usia kehamilan 28 minggu saya bleeding. Waktu itu kejadiannya di malam hari pas pulang kantor dan tanpa tanda-tanda sekarang terulang lagi. Tepat jam 16.30, di kantor. Seperti deja vu. Buru-buru kepada orang kantor saya minta dianterin ke RS Anugerah. Lumayan heboh waktu itu. Gimana enggak, darah sudah berceceran di lobi kantor. Anehnya, disaat orang orang panik saya malah tenang luar biasa. Saya langsung telpon suami untuk ketemuan di RS Anugerah. Mungkin karena udah pernah ngalamin, saya sudah tahu harus bertindak apa. Akhirnya singkat cerita saya dibawa ke RS Anugerah dan mendapatkan penanganan cepat. Malam hari sekitar jam 8 an saya baru bisa ditemui oleh Dr Indra. Setelah dilakukan pengecekan melalui USG akhirnya ketauanlah saya baru saja mengalami solusio plasenta atau terlepasnya sebagian/seluruh plasenta dari dinding rahim yang ditandai dengan pendarahan hebat. Dr Indra bilang, kalo malem ini pendarahan belum juga mereda terpaksa dilakukan sectio caesar segera. Tapi jika mereda, akan dipending sampai besok pagi karena Dr Indra masih perlu memberi suntikan pematang paru janin sebanyak 4 kali lagi. Dulu pada saat saya bleeding di usia kehamilan 28 minggu saya juga disuntik pematang paru janin sebanyak 6 kali. Ternyata pendarahan mereda, sehingga saya dijadwalkan sectio caesar pada pukul 7 pagi dengan kondisi berat bayi hanya 1.9 kilo dan 1.8 kilo. Oh Lord, how tiny they are. Dini hari saya dan suami berdoa bersama minta dilancarkan proses persalinan sehingga saya dan kedua anak kami selamat tiada kurang satu apapun.
28 September 2013
Jam 6.00 pagi dibantu suster, saya bersiap siap untuk sectio caesar pertama kalinya dalam hidup saya. Sejam kemudian saya masuk ke ruang operasi. Jam 7.20 lahir anak pertama kami yang kami namakan Wirabumi Galih Anggara ( it's baby boy! we call him, Bumi ). Jam 7.23 lahir saudara kembarnya, Lintang Larasati Anggara ( it's baby girl, call her Laras ). Berbeda dengan Bumi yang begitu lahir langsung menangis dengan amat sangat kerasnya, Laras tidak mengeluarkan suara apapun. Saya yang hanya dibius lokal , ditengah rasa kantuk akibat efek bius, masih bisa merasakan kekhawatiran. Kenapa bayi saya yang kedua ini ga nangis ya, ada apa? Begitu saya tanya Dr Indra, ternyata Laras nangis kok, hanya aja perlu distimulasi terlebih dulu. Semua baik baik saja, mereka normal. Gak berapa lama kemudian kedua bayi itu dibawa ke hadapan saya, haduh. saat itu juga saya langsung jatuh cinta kepada mereka. Biarpun kecil tapi mereka cute bangetttt. Here they are :
Saya stay di RS Anugerah sampai dengan 5 hari kemudian sedangkan Bumi & Laras karena beratnya yang masih dibawah 2 kilo harus stay lebih lama di inkubator. Bahkan mereka juga mengalami bilirubin tinggi dan harus menjalani fototerapi terlebih dulu. Saya inget banget pada hari saya boleh pulang ke rumah, saya nangis nangis karena Bumi & Laras tidak bisa pulang bersama saya. Hari itu mereka malah sedang menjalani fototerapi hari pertama. Sedih banget. Tapi saya diingatkan oleh suster suter untuk tidak terlalu mellow karena nanti bayi nya juga jadi rewel. Saya kan tetap bisa datang ke RS untuk menengok mereka. Akhirnya memang setelah saya pulang ke rumah, hampir setiap hari saya habiskan hanya di RS untuk standby manakala mereka lapar saya langsung menyusui Saya juga membawa pompa dan memerah ASI di RS. Biasanya saya di RS dari pagi sampai sore, lalu pulang ke rumah dan kembali malam hari untuk mengantarkan ASIP serta standby menyusui lagi. Saya baru pulang ke rumah tengah malam. Dini hari sekitar jam 2 atau jam 3 saya kembali bangun untuk memerah ASI. Pokoknya berjuang benar benar supaya mereka jangan sampai minum susu formula terlalu banyak ( mereka sempat diberikan susu formula S26 LBW - Low Birth Weight - pada waktu ASI saya belum keluar ) Dan perjuangan itu masih berlanjut sampai dengan mereka pulang ke rumah. Ini foto saya pada saat menyusui Bumi. Laras saat itu sulit menyusui langsung karena reflek hisapnya masih kurang sehingga seringnya Laras diberikan ASIP dengan menggunakan pipet.
Sebulan pertama setelah Bumi & Laras diperbolehkan pulang adalah masa masa penuh perjuangan. Saya harus tetap memberikan ASI karena memang itu yang terbaik untuk mereka. Dengan jadwal yang diberikan oleh DSA, satu jam sekali mereka harus menyusu, artinya per setengah jam saya menyusui Laras lalu menyusui Bumi. Begitu terus selama 24/7. Saya sampek mau pengsannnn. Dan jam demi jam menyusui tersebut harus tercatat lalu diberikan pada saat kontrol dengan DSA. Nanti ya ceritanya, sekarang mau maen bareng Bumi dulu. Larasnya lagi bobok.